RME Salah Satu Pendekatan Pembelajaran yang Menyenangkan
“MATEMATIKA”
merupakan mata pelajaran yang dianggap sebagian siswa sebagai mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Apalagi dengan peserta didik yang
kerja otak kanan lebih dominan dalam aktifitas kesehariannya. Dengan
asumsi sepert ini, maka pelajaran matematika akan menjadi sebuah
penghambat dalam proses pembelajaran bagi sebagian siswa tersebut.
Sehingga dalam pembelajaran perlu memperhatikan kondisi yang perlu dan
dapat mendorong atau memotivasi peserta didik dalam pembelajaran yang
sedang berlangsung. Namun demikian, dengan
berbagai model pembelajaran yang ada memungkinkan guru untuk
menyampaikan materi matematika secara menarik dan menyenangkan. Dalam
kondisi peserta didik yang fun atau bisa dengan tema “belajar matematika
dengan menyenangkan” maka perserta didik dapat mengikuti dengan fun
juga, maka mereka tidak merasa kejenuhan dalam belajar matematika. Salah
satu pendekatan pembelajaran yang ada adalah RME (Realistic Mathematics Education).
RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’)
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan
masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan ‘reasoning-nya’, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.
Secara umum, teori RME terdiri dari lima karakteristik yaitu: (1) penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika; (2) penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus; (3) mengaitkan sesama topik dalam matematika; (4) penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika dan (5) menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa.
Namun demikian, hendaknya guru juga
memperhatikan 3 aspek penilaian yang harus dicapai dalam pembelajaran,
yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi, serta
aspek pemecahan masalah. Dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut maka
guru dapat mengembangkan pendekatan atau model dalam proses
pembelajaran serta media yang tepat dalam mendukung belajar peserta
didik dalam kelas. Dengan suasana yang menyenangkan diharapkan peserta
didik tidak jenuh lagi dalam belajar matematika, namun sebaliknya, diharapkan peserta didik dapat termotivasi untuk belajar dengan menyenangkan.
Sebagai
ilustrasi berikut ini contoh soal dengan menggunakan kelima
karakteristik RME untuk mengajarkan konsep pembagian di Sekolah Dasar
pada usia 8 atau 9 tahun. Guru mengenalkan masalah yang konteksnya real yaitu: Pedagang telur.
Ibu
membeli telur sebanyak 81 butir untuk membuat kue lebaran. Enam telur
akan dibungkus pada satu kantong plastik. Berapa banyak kantong plastik
yang dibutuhkan?
Guru menggambarkan petunjuk berupa sketsa kantong plastik sebagai model pada papan tulis:
Siswa
mulai bekerja dalam suatu group 3 atau 4 orang. Guru berjalan keliling
kelas bertanya seadanya tentang proses memecahkan masalah. Siswa senang
sekali akan proses belajar seperti ini. Setelah
sekitar 10 menit, guru mengakhiri bagian pelajaran ini. Siswa di minta
untuk menunjukkan dan menjelaskan solusinya dalam diskusi yang interaktif. Ana hanya menyalin sketsa yang ada di papan tulis sebanyak yang ia butuhkan untuk mengantongi (lihat gambar):
Siswa
lain, Ima, memulai dengan cara yang sama, tetapi setelah menggambar dua
sketsa kantong plastik, ia mengubah ke sketsa yang lebih representatif:
segi empat dengan angka 6. Setelah menggambar dua kantong plastik, dia sadar bahwa isi dari lima kantong plastik sama dengan 30 butir telur. Jadi melalui 30 ke 60 dan 72 serta 78. Dan akhirnya ia menambahkan tiga telur pada kantong plastik yang terakhir.
Siswa ke tiga, Riza, mempunyai jawaban yang lebih jauh dalam matematisasi masalah. Meskipun
dia mulai dengan menggambar kantong plastik sebagai model, namun ia
segera menggunakan konsep perkalian yang ia baru pelajari pada pelajaran
yang lalu (lihat gbr):
Ia tulis 6 x 6 = 36 dan didobelkannya 36 ke 72 ditambahkannya 2 kantong plastik tadi untuk mendapatkan kapasitas 84. Selesai.
Jika kita lihat ketiga macam solusi (dan tentunya banyak solusi lain) kita catat adanya suatu perbedaan level ‘real’ matematika pada soal ‘real-world’ ini. Banyak guru akan mendebat bahwa jawaban pertama tidak ada matematikanya sama sekali. Tetapi visualisasi dan skematisasi (contoh informal matematika) adalah alat yang sangat penting dan berguna dalam matematisasi. Solusi ketiga, terkaitnya antara konsep perkalian dengan konsep baru yaitu pembagian, membuat matematika lebih jelas dan bisa dikategorikan kepada formal matematika. (Admin: dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar